Kecil Bergerak, Tua Kelak Sehat

Jemari Doni, 8 tahun, begitu luwes memijit tombol stik PlayStation. Bersama temannya, dia tampak larut bermain Pro Evolution Soccer 2009, yang tersaji di layar kaca. Biasanya, saban hari ba'da sekolah, Doni singgah di rental PlayStation (PS) hingga waktu magrib menjelang. Doni enggan bermain layangan, kelereng, ataupun gobak sodor selayaknya anak Indonesia zaman dulu. Alasannya, tidak seseru dunia virtual yang imajinatif.

Walhasil, dunianya cuma seputar Internet, PS, dan televisi. Aktivitas bocah ini di luar rumah begitu minim sehingga tubuhnya jarang bergerak. Kondisi ini yang membuat instruktur senam dan aerobik Fahmi Fahrezi merasa miris. Gaya hidup anak-anak sekarang lebih terpaku pada permainan dalam ruang. "Banyak yang takut panas, dan lebih memilih main komputer," ia mengungkapkan kepada Tempo setelah menjadi instruktur bone gym di Lapangan Gasibu, Bandung, akhir pekan silam.

Karena itu, belakangan ini Fahmi menggalakkan senam tulang (bone gym) yang dikreasikannya sendiri. Ia menggandeng sejumlah guru sekolah dasar untuk memasyarakatkannya. Menurut dia, selain untuk pertumbuhan tulang, bone gym melatih kelincahan dan koordinasi otak anak. "Selain itu, anak bakal mendapatkan kebugaran fisik dan daya tahan jantung yang baik," kata dosen olahraga Universitas Negeri Jakarta ini.

Dalam acara festival makanan berkeju di Bandung itu, Fahmi melombakan senam tulang yang melibatkan 22 sekolah dasar di Bandung. Peserta menampilkan tiga tahapan, yakni pemanasan, inti, dan pendinginan. Tampak dalam lomba, banyak anak yang hilang koordinasi saat memegang bola. "Bahkan ada guru yang salah," ujarnya.

Hal tersebut, kata pria keturunan Arab ini, menunjukkan ada banyak anak yang tidak menyukai olahraga luar ruang. Ia menjelaskan, untuk menggerakkan tangan, kaki, kemudian memegang bola, membutuhkan koordinasi dalam otak. Hal ini tidak didapat dalam dunia PlayStation. "Padahal masa kanak-kanak adalah fase pengisian massa tulang," ia menjelaskan. Lebih jauh, gerakan memainkan bola pada tangan dapat memadatkan tulang. Adapun, untuk lanjut usia, Fahmi menyebutkan gerakan seperti itu bermanfaat mempertahankan fungsi tulang.

Pendapat Fahmi diiyakan oleh ahli gizi dari Bandung, Nurdjawati Akmal S.K.M. Menurut Nur, olahraga sejenis senam tulang pada masa kanak-kanak sangat diperlukan. "Bahkan sejak dalam kandungan, anak telah mengalami pertumbuhan tulang," ujarnya dalam kesempatan yang sama. Pada fase ini, tulang berkembang pesat. Bila asupan kalsium cukup, plus olahraga teratur, tulang pun bakal mengalami kepadatan maksimal dan lebih kuat. Karena itu, Nur menganjurkan, asuplah makanan kaya kalsium seperti keju yang merupakan produk susu. "Namun, harus sesuai dengan takaran, karena keju mengandung kalori tinggi," ia mengingatkan.

Dosen Politeknik Kesehatan Bandung ini menjelaskan, keju adalah satu-satunya produk susu berisi kalsium serta laktosa. Laktosa adalah karbohidrat utama susu dengan proporsi 4,6 persen total susu. Fungsinya itu mengikat kalsium dalam tulang. Selain itu, ia menambahkan, vitamin D juga dibutuhkan untuk membantu penyerapan kalsium dari usus.

Tak mengherankan, anak dengan kadar vitamin D rendah mengalami gangguan absorbsi kalsium dari usus. "Sinar matahari dibutuhkan untuk pembentukan vitamin D di tubuh," ujar perempuan paruh baya itu. Lazimnya, anak yang melulu sibuk di dalam ruangan pada masa tuanya berisiko terkena osteoporosis. Adapun puncak pembentukan massa tulang sendiri terjadi pada rentang usia 12-19 tahun.

Dalam banyak kasus, saat beranjak remaja, mereka bukannya meneguk susu, kebanyakan malahan menyeruput minuman ringan bersoda yang berisi fosfat dengan kadar tinggi. Seperti diketahui, fosfat memiliki sifat jahat, yakni menarik kalsium dari tulang. Apalagi sejumlah remaja meminum kopi, yang kandungan kafeinnya berperan mengikis kalsium. "Yang memprihatinkan adalah merokok di kalangan anak remaja," Nur menambahkan.

Untuk takaran kalsium, Nur menyebutkan anak usia 1-9 tahun membutuhkan asupan 500-600 mg per hari, dan remaja 10-18 tahun memerlukan 1.000 mg per hari. "Di atas 18 tahun, hanya butuh 800 mg per hari. Sedangkan buat perempuan hamil, tinggal ditambah 150 mg saja," katanya. Tulang adalah bagian krusial yang berperan besar dalam kesehatan dan pertumbuhan anak. Hingga Nur pun wanti-wanti, selain produk susu, cukupilah kalsium dari bahan makanan alami seperti ikan teri, kacang tanah, bayam, labu dan sayuran kubis.(Herutriono/tempo)