Waspadai Ciri-ciri Sindrom Bokong Mati

img
(Foto: thinkstock)
Sindrom bokong mati (dead butt syndrome) atau dikenal dengan nama gluteus medius tendinosis merupakan gejala rasa sakit di sekitar pinggul. Rasa sakit itu timbul karena meradangnya beberapa otot di saraf seputar pantat. Waspadai ciri-cirinya!

Sindrom bokong mati ini tidak bisa dianggap remeh karena bisa mengganggu aktivitas orang dan rasa sakit yang luar biasa.

Secara teknis sindrom bokong mati adalah suatu peradangan pada urat (tendon) di gluteus medius yang merupakan salah satu dari tiga otot besar untuk membentuk bokong. Cedera ini umumnya menyakitkan dan terasa seperti ada yang menusuk sakit di pinggul.

Ciri-ciri sindrom bokong mati adalah:

  1. Mengalami rasa sakit yang menusuk di pinggul saat berjalan
  2. Rasa sakit di pinggul saat berlari
  3. Tidak bisa duduk lebih dari setengah jam karena timbul rasa sakit

Jika ciri-ciri tersebut berlangsung terus menerus maka ada kemungkinan terjadi gangguan pada otot gluteus medius yang menandakan terjadinya sindrom bokong mati.

"Hampir semua cedera bagian bawah tubuh yang ekstrem, entah melibatkan betis, plantar fascia (jaringan tebal berserat pada telapak kaki yang menghubungkan tumit dan jari-jari kaki) atau iliotibial band (cedera umum di paha akibat berlari, sepeda atau berjalan) akan terkait dengan glumetus medius," ujar Dr Darrin Bright, seorang dokter olahraga dari Riverside Methodist Hospital di Columbus, Ohio, seperti dikutip dari NYTimes, Senin (27/12/2010).

Dr Bright menuturkan dalam waktu 5-10 tahun terakhir, para ahli baru menyadari betapa banyaknya peran penting dari gluteus medius yang berfungsi menstabilkan pinggul dan panggul ketika berlari.

Jika seseorang berpikir panggul sebagai cangkir, maka otot-otot akan melekat disana termasuk tiga otot glutealis dan otot perut yang saling berinteraksi dengan koreografi rumit untuk menjaga bokong tetap tegak selama berjalan atau berlari.

Jika otot-otot ini kuat bokong akan tetap berada di tempatnya tanpa ada rasa sakit. Namun jika ada satu atau lebih otot yang lemah, maka otot-otot kecil di sekitar panggul akan memberikan tekanan untuk menjaganya tetap stabil.

Pada kondisi ini otot akan mengeluarkan cairan atau air mata otot dan peradangan, lalu diikuti oleh jaringan parut di otot. Semakin lama proses ini akan menimbulkan rasa sakit terus menerus, menghambat serat otot, menyebabkan masalah di paha depan, paha belakang, tumit, lutut, betis, pergelangan kaki atau jari-jari kaki, sehingga menjadi seperti mati.

Sekitar 70 persen pasien yang mengalami kondisi sindrom ini melakukan terapi fisik untuk peregangan otot-otot di pinggul, kaki dan memperkuat otot-otot gluteus. Terapi ini diikuti dengan pengurangan jarak tempuh atau intensitas berjalan dan berlari. Selain itu melakukan latihan kekuatan juga bisa membantu mengatasi peradangan dan jaringan parut.

Sedangkan pengobatan lain yang lebih moderen adalah melakukan tenotomy yang menggunakan ultrasound sebagai panduan untuk mengidentifikasi otot mana yang mengalami kelemahan.
(Vera Farah Bararah)